“Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingan yang abadi”.
Surat Kartini kepada Nyonya Abendon, 4 September 1901
Semangat Kartini tampaknya bersemayam pada jiwa Maudy Ayunda. Perempuan multitalenta yang tidak berhenti membuat siapapun berdecak kagum ini sungguh menginspirasi. Coba lemparkan pertanyaan, perempuan mana yang tidak ingin menjadi sepertinya dan siapa laki-laki yang tidak tertarik bersanding dengannya? Kalau ada, saya mau tau pada bagian mana Maudy tidak begitu memikat. Sebagai perempuan, saya adalah Maudears, penyuka jejak-jejak juang Maudy, penggemar karya hebatnya, dan i’m addicted to Perahu Kertas!
Ayunda Faza Maudya alias Maudy Ayunda sungguh berhasil meninggalkan kesan mendalam lewat sosok Kugy yang diperankannya. Film Perahu Kertas yang sempat tayang di tahun 2012 adalah momentum pertama kalinya saya berkenalan dengan Maudy dan Mbak Dee Lestari (penulis novel Perahu Kertas). Era itu, internet dan gadget masih menjadi barang mewah sehingga saya harus membeli DVD Perahu Kertas untuk menontonnya di televisi.

Sejak menamatkannya, saya jadi terinspirasi mendekor kamar seperti milik Kugy. Menempelkan berbagai foto, catatan penting, dan rak buku. Prosesi menulis surat, dilipat berbentuk perahu, diletakkan pada air mengalir, dan bergaya bak agen neptunus sempat membuat saya terkesima. Kok ada ya anak perempuan semanis ini, pengkhayal, mencintai dongeng, dan bercerita. Nggak peduli menantang arus, Kugy tetap merawat mimpinya menjadi pendongeng. Begitu pula dengan Keenan (Adipati Dolken) sang pelukis yang serasi menaklukan mimpi besarnya, melawan realitas.
“Karena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh”
― Dee, Perahu Kertas

Perahu Kertas memang karya ringan yang menakjubkan. Buktinya Eyang Habibie memilih Maudy memerankan Ainun muda setelah menonton aktingnya di Perahu Kertas. Wajar saja Maudy pantas dapatkan posisi ini sebab cukup sesuai dengan deretan prestasi seabrek yang dilahirkan olehnya. Berbagai bidang digeluti Maudy dengan sangat memukau, mulai dari film, musik, model, pendidikan, hingga aktivisme.

Masih ingat kan dengan kehebohan yang sempat diperbincangkan ketika Maudy galau mau pilih Harvard University atau Stanford University? Tayangan Mata Najwa yang menampilkan keseruan obrolan keduanya saja sempat jadi trending muda-mudi. Kesamaan Mbak Nana vs Maudy yang sama-sama suka belajar dan suka ujian sontak menjadi prinsip yang can’t relate dengan begitu banyak pelajar di muka bumi.
“Iya, aku tuh cinta banget, ini aneh dan bakal terdengar aneh, tapi aku memang cinta belajar dan sangat enjoy gitu!”Ujar Maudy dengan raut wajah bahagia.
Kurang idaman apa lagi coba?

Gadis kelahiran 1994 yang hobi baca buku ini menelurkan karya film pertamanya di tahun 2005 dengan judul “Untuk Rena” dan album perdana rilis tahun 2011 album “Panggil Aku” dengan single hitz “Tiba-tiba Cinta Datang”. Perjalanan karir Maudy dimulai sejak saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Bayangin sudah belasan tahun ia berkarya dan kemauannya untuk memperdalam edukasi semakin menggebu. Semangat belajarnya betul-betul harus jadi panutan para generasi Z zaman now. Di tengah kemudahan akses informasi pengetahuan & beasiswa, seharusnya anak muda tumbuh kian menghebat. Maudy adalah contoh kesuksesan yang perlu diikuti jejaknya.
Lihatlah belakangan ini, Maudy kembali memukau. Ia resmi lulus dari Stanford University Amerika Serikat yang menyelesaikan pendidikan magister di dua jurusan, Administrasi Bisnis dan Bidang Pendidikan. Ketika diterima di Stanford University dua tahun lalu, Maudy sempat menggalaukan dua universitas ternama di dunia. Galaunya aja berkelas dan mewah~

Pada akhirnya ia memilih Stanford karena adanya kedekatan dengan Silicon Valley dan utamanya karena ia memang mendambakan gelar gabungan MBA dan Pendidikan yang kini sudah digemggamnya. Sebelumnya, Maudy menyabet gelar sarjana dari Oxford University jurusan Filosofi, Politik dan Ekonomi (PPE) tahun 2016. Selamat ya, Ayunda Faza Maudya BA, MA, MBA!

Mbak Maudy perempuan cantik paripurna, aku padamu 😊
Barangkali kalau Kartini masih ada, ia pasti akan berterimakasih terhadap Maudy oleh sebab kegigihannya dalam pendidikan telah membuktikan pada dunia bahwa perempuan mampu berdiri setara untuk memperoleh akses edukasi yang sama layaknya lelaki.


