Hari ketika aku memutuskan untuk membagi sebagian besar cerita hidupku dengan seseorang. Hari itu menjadi titik di mana aku merasa punya energi yang lebih besar untuk bermimpi. Hal-hal yang dulu terasa sulit, rumit, bahkan mustahil, tiba-tiba terasa lebih dekat dengan kenyataan.
Dan setiap kali aku kehilangan semangat, dia adalah orang pertama yang selalu percaya bahwa aku bisa melewati semuanya. Berkat upayanya, aku menjadi lebih tenang, lebih sabar, dan lebih berani menerima apa pun hasilnya. Dia merayakan setiap keberhasilanku, sekecil apa pun itu, dan tetap tinggal bahkan ketika aku berkali-kali kalah dan hampir menyerah.
Bersamanya tidak selalu mudah. Ada kompromi yang melelahkan, ada kebosanan yang datang saat kami mengunjungi tempat yang sama berulang kali atau memperdepatkan hal yang itu-itu saja. Ada kesabaran yang diuji untuk sesuatu yang ujungnya tidak pernah bisa kami prediksi, di mana kami hanya bisa berharap pada kemungkinan terbaik yang akan terjadi.
Tapi ia tetap memilih berdiri di sana. Tidak pergi ke mana-mana. Dan aku pun memutuskan hal yang sama.
Pada akhirnya, meskipun kami sama-sama penuh luka dan ketidaksempurnaan, kami adalah dua jiwa yang ingin saling menyembuhkan. Kami berusaha mengisi kembali tangki cinta kami masing-masing. Dia dengan segala kekurangannya, aku dengan segala kepayahanku. Kami sama berharganya.
Ia adalah yang paling bersabar menghadapiku dalam segala situasi. Dari momen paling menyenangkan, hingga saat aku berada di titik terendahku. Tanpa pernah protes dan memintaku menjadi apa yang ia mau.
Aku sadar, dia bukan tipe yang rutin memberikan hadiah cokelat atau bunga. Ia tidak menghujaniku dengan kata-kata manis setiap hari dan membuatku merasa harus seperti seorang putri.
Tapi dia selalu ada di saat-saat paling krusial dalam hidupku, terutama ketika aku nyaris kewalahan dan merasa tak sanggup menanganinya sendiri. Dia selalu inisiatif membantu, tanpa perlu diminta.
Bukan dengan hal-hal klise seperti membukakan helm, tapi dengan cara memastikan aku baik-baik saja, aman, dan menjalani hidup dengan tenang. Ia akan cari cara entah dengan bagaimana agar sekalipun dari kejauhan aku bisa mendapatkan kehidupan yang jauh dari marabahaya.
Dia mendukung penuh mimpiku untuk menjadi wanita mandiri, tapi di saat yang sama, selalu menyediakan ruang untukku bersandar. Dia tahu kapan harus mengulurkan tangan, kapan harus membiarkanku berdiri sendiri, dan yang paling penting dia selalu siap mendengar semua keluh kesahku (yang banyak itu).
Kadang, cinta tidak selalu hadir dalam bentuk kejutan romantis atau kata-kata indah. Kadang, cinta hadir dalam bentuk seseorang yang tetap tinggal, yang tanpa ragu memilih untuk berjalan di sisimu,
hari ini, esok, dan seterusnya.
Terima kasih untuk segala cinta dan kerendahan hatinya selama ini.
Untuk masih berdiri di tempat yang sama, untuk terus memilih, untuk menjadi rumah yang selalu bisa kutuju sampai selamanya.
Let’s face the world together.


